Yowidiyanto
1 min readAug 23, 2024

--

Saya minta maaf, Uda Ivan.

Tuduhan saya tersebut tidak berdasar; sebuah proyeksi kekecewaan yang salah alamat.

Kekecewaan itu timbul karena saya sudah muak mendengar dan melihat politisi berbahasa Indonesia dengan tidak tepat (misalnya, Suharto yang kerap mengganti akhiran '-kan' menjadi '-kên' (dengan e pepet) dan menggunakan 'daripada' sebagai sempalan nirmakna belaka dalam berbagai pidatonya.).

Belum lagi, berdasarkan pengalaman pribadi saya menerjemahkan karya ilmiah dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, masih saja saya dapati para akademisi (semoga bukan mayoritas) yang keliru berbahasa Indonesia, yakni menggunakan 'merubah/dirubah', 'dimana', di distribusikan'.

Ada pula beberapa harian cetak dan daring yang tak ayal membuat saya geram karena tulisan yang dimuatnya seolah menyiratkan tak dilakukannya penyuntingan (atau dilakukannya penyuntingan asal-asalan) sebelum harian tersebut turun cetak.

Beberapa hal ini sudah bukan biang sewot/berang bagi saya, melainkan biang murka.

Sekali lagi, tuduhan Ivan Lanin fasis dari saya itu sungguh absurd, dan ini jadi pelajaran penting bagi saya agar lebih bijak memublikasikan kiriman serta mengendalikan emosi dan tidak sembarangan menuduh seseorang lantaran kegundahan dan kegalauan saya sendiri yang tidak disalurkan lewat cara-cara yang lebih sehat.

(Saya juga meralat tanggapan saya; saya menuliskan 'objektif' dua kali. Seharusnya 'subjektif' untuk penulisan fiksi. Ini saja sudah membuktikan bahwa saya melakukan penyuntingan asal-asalan akibat kendali impuls yang kurang baik).

Maaf, Uda. Terima kasih atas tanggapannya.

--

--

Yowidiyanto
Yowidiyanto

Responses (1)